BAHAGIA DALAM PERSEPSI |
|
Setiap orang bercita-cita ingin bahagia baik di dunia maupun di akhirat, sehingga banyak cara yang dapat di tempuh agar kebahagiaan itu dapat di capai, baik melalui dunia kerja seperti bekerja di kantor maupun dengan cara lainnya yang semua itu tergantung pada setiap orang yang melakoninya. Kebahagiaan itu dapat pula diperoleh secara bersama-sama dan dapat pula diperoleh secara individu, misalnya bagi peradilan agama yang meraih predikat Wilayah Bebas Dari Korupsi (WBK) sudah jelas memperoleh kebahagiaan secara bersama-sama dan ada juga orang yang merasakan kebahagiaan secara individu jika menjadi yang terbaik dalam salah satu pelatihan. Menurut Dr. Drs. H. Amran Suadi, S.H.,M.Hum.,M.M., (Ketua Kamar Agama Mahkamah Agung RI) dalam Filsafat Agama, Budi Pekerti, Dan Toleransi (Nilai -Nilai Moderasi Beragama) menyatakan Bahagia kadang tidak perlu dicari makna atau definisinya, tapi cukup dirasakan dalam kalbu. Lebih lanjut kata beliau kendati demikian beberapa persepsi tentang bahagia dapat digambarkan sebagai berikut: Seseorang merasa bahagia apabila kebahagiaan itu mendatangkan kepuasan bagi dirinya. Kunci untuk mencari kebahagiaan yaitu:
Dari pemaparan singkat ini dapat ditarik kesimpulan bahwa bahagia itu sangat dekat dengan kita semua karena ia berada di hati kita masing-masing, sedangkan usaha dan aktivitas lainnya hanyalah sebuah instrumen untuk mengantarkan kita meraih bahagia. Dari bumi Pancasila kami ucapkan salam bahagia untuk kita semua warga peradilan agama sewilayah PTA Kupang dan salam Berkemajuan. |